Senin, 02 November 2009

DILEMA (Terinspirasi dari Curhatan seorang teman)

Davina, gadis muda yang merantau ke Kota kembang, setelah lulus sekolah kejuruan Davina memutuskan untuk mencari kerja, tapi dia ngga mau tinggal di Kota kelahirannya, Cianjur. Karena itu dia mencoba peruntungannya di Ibu Kota Propinsi Jawa Barat ini. Davina yang menguasai akuntansi berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan penerbitan sebagai tenaga administrasi, karena hanya perusahaan kecil maka jam kerja Davina juga hanya sampai jam 2 siang, karena itu Davina juga part time di sebuah Café sebagai Kasir. Di Bandung ini Davina tinggal di rumah Om dan Tantenya, kebetulan Om dan tante Davina juga punya seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SMP, namanya Luna.

Hari ini seperti biasa, setelah pulang kerja Davina bersiap-siap untuk kerja lagi di Café. Davina pun berangkat ke Café….ngga seperti biasanya, begitu tiba di Café Davina langsung diajak ke belakang oleh salah satu seniornya.

“Vin ikut kakak yuk ke belakang” Ujar Riri, senior Davina di Café.

“Emang ada apa kak?” Tanya Davina Bingung.

“Ikut aja” Davina pun mengikuti Riri ke belakang. Setelah sampai Riri menyuruh Davina duduk dan kemudian dia juga duduk di depan Davina. Melihat wajah Riri yang serius, Davina jadi ikut tegang.

“Kak ada apa sih? Kok mukanya serius gitu, Vina jadi takut” melihat ekspresi Davina yang ketakutan Riri jadi ketawa, Davina bingung.

“Kenapa ketawa Kak?”

“Kamu ketakutan Vin? Aduh maaf ya” Davina menghela nafas lega.

“Emang ada apa sih Kak?” Davina bertanya lagi. Riri terdiam sebentar, lalu…

“Kamu udah punya pacar belum?” Davina tertegun sebentar sebelum kemudian menjawab.

“Belum, kenapa?”

“Bagus!!” ujar Riri bersemangat.

“Apanya yang bagus Kak?”

“Gini Vin, mau ngga kalo Kakak kenalin sama temen kakak?”

“Maksudnya di kenalin sama cowok?”

“Ya iya say, masa sama cewek”

“Mmmm gimana ya Kak, Vina fikir-fikir dulu ya?”

“Ngga bisa!!!!” Riri berseru tegas, Davina kaget.

“Kenapa Kak?”

“Soalnya, dia udah ada di depan”

“HAH???!!!???”

Dengan sedikit terpaksa Davina mengikuti ajakan Riri untuk menemui teman yang akan dikenalkan padanya itu, sampai di depan, Riri tampak mencari ke sekitar ruangan, Café menjelang sore memang lumayan ramai sehingga perlu waktu untuk mencari seseorang di tengah keramaian itu. Melihat Riri nengok sana nengok sini membuat Davina juga ikut mengedarkan pandangannya. Tiba-tiba Riri tersenyum,lalu dia menarik tangan Davina dan mengajaknya ke salah satu meja yang ada di sudut ruangan. Tampak seorang pria sedang duduk sendirian disana, Davina jadi tersenyum sendiri, ternyata Kak Riri ngga sembarangan nyariin cowok buat dia, lumayan ganteng…

“Hai” Suara Riri membuyarkan lamunan Davina, rupanya Riri menyapa cowok itu, yang disapa menoleh, lalu tersenyum.

“Hai juga” jawabnya.

“Sorry lama, soalnya nona yang satu ini baru dateng” Riri melirik kea rah Davina, demikian pula cowok itu, Davina jadi salah tingkah.

“Ngga pa pa kok, belum lama juga” katanya lagi. Dia lalu mengajak Riri dan Davina untuk duduk.

“Oh ya, ini yang aku ceritain sama kamu dulu, namanya Davina….dan Davina, ini temen aku, namanya Arya” Riri memperkenalkan Davina dan Arya, yang kemudian saling berjabat tangan.

“Riri udah sering cerita soal kamu” Arya membuka percakapan.

“Oh ya? Moga aja Kak Riri cerita yang baik-baik ya” Arya tersenyum.

“Sejauh ini sih masih yang bagusnya aja” Davina cuma tersenyum saja.

Tiba-tiba….

“Lagi ngapain kalian disini?” Suara seorang pria mengagetkan mereka semua, ternyata Pak Johan, manajer Café yang bertingkah seperti pemilik Café, masih bujangan walaupun usianya sudah hampir kepala empat. Dan selama ini, Pak Johan paling ngga suka kalo liat karyawannya ada yang santai-santai, apalagi ngobrol kaya Riri, Davina dan Arya barusan. Mereka serentak berdiri.

“Eh bapak, mm mini pak,ada yang nanyain soal lowongan kerja” Riri berbohong pada Pak Johan.

“Oh ya? Siapa?” Pak Johan memandang mereka bertiga satu persatu.

“Ini…katanya pengen ngelamar kerja disini” Riri menunjuk Arya. Sementara Arya langsung faham dengan sikap Riri.

“Bener kamu mau ngelamar kerja di sini?” Pak Johan memandang Arya

“Bener pak, saya tau dari Riri kalo Café ini baru dibuka, dan mungkin bapak masih membutuhkan karyawan?” Davina diam-diam mulai kagum sama Arya, ternyata dia cukup pintar membaca situasi.

“Boleh saja, kamu masukin aja lamaran kamu ke bagian HRD, nanti setelah dipelajari, siapa tau ada posisi yang cocok sama kamu, tapi ngga pake acara ngobrol di jam kerja.” Pak Johan berkata sambil melirik Riri dan Davina.

“Davina!! Kamu kenapa belum ganti seragam? Sana ke belakang dan cepat ganti baju, Shift yang tadi pagi sudah mau pulang” tambahnya lagi.

“Iya pak, Vina segera ke belakang” Davina langsung bergegas ke belakang, sebelum pergi, dia sempat memandang Arya sebentar, member isyarat kalo dia minta maaf karena ngga bisa ngobrol lama-lama. Arya tersenyum dan mengangguk.

“Kamu juga kenapa masih disini?” lagi-lagi Pak Johan menegur Riri.

“Iya pak saya juga mau ke belakang, tapi mau beres-beres meja ini dulu, soalnya tamunya dah mau pulang, iya kan?” Riri menjawab dengan kesal, seraya member isyarat pada Arya untuk perfi dari sana.

“Iya, betul pak. Saya sudah selesai dan sekarang mau pulang” Arya bersiap-siap buat pergi dari sana.

“Ok, dan lamaran kamu saya tungggu ya” selesai bicara Pak Johan langsung pergi.

“Sorry ya, rencana kita jadi berantakan” ujar Riri

“Its ok Ri, oia aku boleh minta no Hp nya Davina ngga?”

“Kenapa? Kamu udah mulai naksir ya?” Goda Riri, Arya cuma tersenyum.

“Ok, kamu tenang aja, nanti begitu ada kesempatan aku bilang sama Vina supaya ngasih nomor Hp nya ke kamu”

“Thanks ya Ri”

“Sama-sama”

Bersambung…..



2 komentar:

  1. ahh... ternyata may punya blog jugaaa??? kok nggak pernah iklan??? betewe ini lanjutannya mana???

    BalasHapus
  2. he he,ga pede buat di iklanin..lanjtnx segera...

    BalasHapus